Ketika aku menatap mata matanya yang bagai emas
Sebuah puisi terpancar dari jiwa hangatnya
Bibirnya memoles milikku, buatku terbang ke angkasa
Gairah merebut ku, akupun kehilangan kendali
Kebingungan menerobos pikiran ku
Ada cinta, kepercayaan, namun aku merasa membatu
Aku tahu takdir ini, (nasib kami telah terjalin)
Tapi bagaimana kalau dia adalah mimpi, yang menolakku?
Seribu tahun aku bisa menghabiskan waktu dengan matahari itu
Di tengah kehadirannya aku sudah menaklukkan semua alam
Aku sudah menyaksikan keindahan yang selamanya membeku
Dan telah dilemparkan ke hutan penuh pohon elm
Kemudian , aku memahami kebenaran dengan kejelasan
Dia dalam pelukanku, tidak ada ketidakjelasan lagi.
Sebuah puisi terpancar dari jiwa hangatnya
Bibirnya memoles milikku, buatku terbang ke angkasa
Gairah merebut ku, akupun kehilangan kendali
Kebingungan menerobos pikiran ku
Ada cinta, kepercayaan, namun aku merasa membatu
Aku tahu takdir ini, (nasib kami telah terjalin)
Tapi bagaimana kalau dia adalah mimpi, yang menolakku?
Seribu tahun aku bisa menghabiskan waktu dengan matahari itu
Di tengah kehadirannya aku sudah menaklukkan semua alam
Aku sudah menyaksikan keindahan yang selamanya membeku
Dan telah dilemparkan ke hutan penuh pohon elm
Kemudian , aku memahami kebenaran dengan kejelasan
Dia dalam pelukanku, tidak ada ketidakjelasan lagi.
0 komentar:
Posting Komentar